BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 17 Juni 2009

Bertandang ke Tanah Laut

“The countries most vulnerable are least able to protect themselves. They also contribute least to the global emission of GHG. Without action they will pay a high price for the actions of others” (Kofi Annan in UNDP-HDR 2007/2008).

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Kofi Annan, betapa pentingnya kita menjaga keseimbangan alam. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya alamnya sangat rentan terhadap perubahan. Hingga saat ini telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Akankah kita hanya membiarkan kekayaan alam yang kita punyai ini dan menggunakannnya terus tanpa adanya pengelolaan yang berarti…?

Catchment Area in Damit

Melewati jalan penuh lubang dan berkelok tak mengurangi nikmatnya perjalanan, bertandang ke Tanah Laut adalah kali kedua bagi saya. Pada kesempatan kali ini, saya beserta teman-teman mahasiswa MIPA Unlam lainnya melakukan observasi di Pantai Takisung dan Desa Damit kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut.
Saya bahagia ketika akhirnya sampai di Pelaihari, ibu kota Kabupaten Tanah Laut. Tanah Laut tak hanya memiliki lahan pertanian yang terhampar mulai Pegunungan Meratus, tapi juga pantai dan bahkan sebuah pulau yang cukup besar, Di tengah gelora otonomi, kabupaten ini dibagi dua, yakni Tanah Bumbu, dengan ibu kota Pagatan sebagai daerah pemekaran baru, dan Tanah Laut sendiri, dengan ibu kota tetap di Pelaihari.
Perjalanan dari desa Pagatan Besar menuju Desa Damit kurang lebih dua jam. Kami harus melewati jalan penuh lubang dan berdebu, terlebih ketika akses jalan sempat macet dan terganggu oleh karena jalanan yang sempit. Tapi itu semua tak mengurangi nikmatnya perjalanan karena kami bisa menyaksikan pemandangan rawa dan tanah gambut, lengkap dengan rerumputan dan pohon perdu yang terhampar seluas mata memandang, termasuk kelapa sawit yang tumbuh subur menghiasi alam sekitar.
Damit merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting yang terletak dikawasan selatan pulau Kalimantan. Damit merupakan dataran tinggi dengan kadar DO dan tingkat kesadahan yang tinggi. Kawasan ini merupakan contoh dimana hutan telah rusak dan intervensi manusia harus dilakukan untuk mendapatkan air. Di bendungan (impoundment) inilah beberapa anak sungai kecil dan air hujan ditampung untuk keperluan pertanian dan perikanan. Adapun sumbernya berasal dari air serapan air hujan yang melewati gunung. Pasokan air didaerah ini sangat minim sehingga masyarakat disekitar dan pemerintah daerah membuat DAM untuk mencukupi pasokan air guna memenuhi kebutuhan masyarakat seperti bertani, budidaya perikanan, berkebun, mencuci dan berbagai aktivitas lainnya.
Di dalam kawasan ini terdapat beraneka macam flora dan fauna. Akan tetapi seiring dengan kemajuan aktivitas manusia, sehingga lingkungan sekitar mendapatkan tekanan yang berakibat pada kemungkinan adanya degradasi lingkungan dalam skala yang luas. Berbagai flora yang kami temukan di sana antara lain tanaman kangkung, teratai, ilalang, putri malu, dan lain-lain. Sedangkan fauna yang ada antara lain udang, seluang, nila, kalambuai, dan lain-lain.
Polusi unsur hara di danau dapat mengganggu keseimbangan biologis. Pada kawasan perairan di Damit airnya berwarna agak hijau lumut, hal ini mengindikasikan perairannya telah terkontaminasi bakteri. Danau yang tadinya miskin unsur hara (oligotropik) diperkaya dengan unsur P dan unsur hara lain sehingga kesuburannya meningkat menjadi sedang (mesotropik), dan seterusnya menjadi subur (eutropik). Proses ini disebut proses eutrofikasi. Sebagai akibat proses eutrofikasi ini maka terjadilah perkembangan algae yang sangat banyak (algae bloom), sehingga mengurangi tersedianya oksigen bagi ikan dan makhluk lain yang hidup dalam air tersebut. Selain itu air yang penuh algae akan mempunyai rasa dan bau yang tidak enak untuk keperluan air minum.
Pencegahan polusi unsur hara yang terbaik adalah dengan cara pemberian pupuk sedemikian rupa sehingga semua unsur hara dapat diserap tanaman. Dalam prakteknya hal demikian tidak mungkin dapat dilakukan sehingga dianjurkan penanggulangan yang lebih praktis yaitu dengan cara mencegah terjadinya erosi dan run off yang berlebihan dengan menggunakan kaidah-kaidah pengawetan tanah dan air
Penurunan kuantitas air lebih banyak disebabkan oleh rusaknya daerah tangkapan air sehingga pada musim hujan air tidak sempat meresap kedalam tanah dan terjadi banjir. Musim kemarau persediaan air berkurang karena suplai air dari mata air juga berkurang. Penurunan kualitas air lebih banyak disebabkan oleh pencemaran berbagai limbah dari industri, rumah tangga dan pertanian.
Selain itu, daerah resapan merupakan komponen penting dalam sistem tata air suatu daerah. Tata air dapat diartikan sebagai suatu kondisi alami yang menggambarkan kejadian hidrologi dari sejak penerimaan air hujan, penyimpanan, pengisian sumber-sumber air, luaran air dan kehilangan air yang terjadi di suatu wilayah/daerah. Proses tersebut seharusnya berjalan secara normal dan seimbang.
Daerah kawasan tangkapan air ini masih layak untuk dipertahankan sebagai habitat berbagai organisme dan dialihkan fungsi untuk meningkatkan manfaatnya. Seperti yang dilakukan masyarakat sekitar dengan cara menanam karet, padi dan sayur-sayuran yang dapat menambah pemasukan bagi masyarakatnya.
Pemerintah harus melakukan program yang berkelanjutan dalam perbaikan lingkungan di daerah tangkapan air (catchment area) di hulu sungai yang selama ini kondisinya kritis, serta mengharapkan dukungan dari masyarakat sekitar dalam memelihara lingkungan sehingga diharapkan masyarakat akan turut serta memelihara lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
DAS merupakan suatu sistem sumber daya darat yang mempunyai komponen ganda dan dapat dimanfaatkan ke berbagai jurusan. DAS menampung air, menhgalihkan air tampungan lewat suatu sistem saluran dari hulu ke hilir dan berakhir penampungan air berupa danau atau laut. Penghijauan merupakan salah satu tindakan dalam pengelolaan DAS sebagai sumber daya darat. Penghijauan perlu dikaitkan dengan tindakan-tindakan lain yang relevant untuk memperoleh hasil yang memadai. Pada dasarnya DAS merupakan suatu satuan hidrologi.
Oleh karena itu, kita harus mempertahankan wilayah yang menjadi daerah tangkapan air ini, jangan sampai tidak dikelola sehingga menjadi timbunan untuk pemukiman dan kompleks pusat jasa. Akibatnya, air hujan yang diterima pada musim penghujan sebagai sumber penerimaan air menjadi tidak efektif, akibat rusaknya sistem penyimpanan air alami. Baik dalam profil tanah, lapisan-lapisan tanah atau batuan, maupun dalam tubuh perairan akibatnya terjadi peningkatan kehilangan melalui aliran permukaan, masuk ke saluran pembuangan, selokan yang dibangun di pemukiman, kawasan industri dan kawasan aktivitas lainnya. Kemudian masuk ke dalam saluran sungai sehingga sungai cepat mencapai debit puncak yang berarti mempercepat banjir.


Why ?? Where is The Takisung Beach…??

Perjalanan ke Takisung diwarnai pemandangan sawah, kebun kelapa, gerumbulan pohon rumbia, dan tentu semak perdu yang menjadi pemandangan khas banua Tanah Laut. Di beberapa jembatan kecil yang saya lalui, sepagi itu sudah terlihat orang-orang mencari ikan. Setelah melewati jembatan di muara Sungai Tabunio (tempat bersandar banyak kapal ikan), akhirnya saya tiba di Pantai Tekisung. Pantai ini terletak dalam kawasan Tanjung Selatan, yang jika dilihat dalam peta Pulau Kalimantan tampak mencolok lantaran menjorok cukup jauh ke Laut Jawa. Pantainya lebar, meski tak terlalu panjang, karena terhalang bukit yang menjulur ke laut. Pohon kelapa dan ketapang berjejer merimbuni pantai. Di kejauhan terlihat sebuah mercu suar warna kuning menyala. Beberapa kapal ikan juga terlihat diparkir di bibir pantai yang hampir tak berombak.
Saat mendekati pesisir pantainya.. why?? dimana pantainya?? Pantainya telah mengalami banyak perubahan, ternyata pantai takisung sudah mengalami abrasi, dan untuk mencegah abrasi semakin parah, oleh pemerintah setempat pantai takisung dibikinkan siring dari batu sehingga pantai takisung tidak memiliki lagi yang namanya hamparan pasir landai.
Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun denga bulan-bulan relative basah antara Bulan Desember – Februari dan bulan-bulan relative kering antara bulan Juni – Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 – 1941, curah hujan bagian Timur/pantai sebesar 2,324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dan di bagian Barat sampai dengan perbatasan kabupaten. Curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayh Timur berkisar antara 2.000 – 2.500 mm.tahun.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan dan perhitungan evapotranspirasi bulanan, maka Kabupaten Tanah laut setiap bulannya tidak mengalami kekurangan air. Tanaman tahunan tidak memerlukan adanya air irigasi pada bulan-bulan yang water balance-nya kurang dari 100 mm akan mengalami kekurangan air.
Pantai tangkisung yang terletak di Pelaihari kini mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi karena ombak yang semakin tinggi hingga ke daerah pemukiman para nelayan. Selain itu, di pantai terdapat sampah organik maupun sampah non organik yang dibuang di pantai. Sampah atau limbah organik itu juga menyebabkan pencemaran laut. Walau limbah dari rumah tangga/ pemukiman dapat teruraikan, tetapi dampaknya terhadap kestabilan hidup di laut cukup besar. Nelayan dan petani mengeksploitasi alam untuk keperluan hidupnya. Kawasan ini menjadi habitat berbagai organisme. Masyarakat bertani, berkebun, mengumpulkan hasil tangkapan laut, dan aktivitas lainnya. Sehingga mereka dapat berperan dalam kegiatan ekonomi, hukum, pemerintahan dan kemasyarakatan lainnya
Kerusakan daerah pantai dalam hal ini dapat ditinjau dari pengurangan daerah pantai serta sedimentasi dan pendangkalan muara. Tingkat pencemaran juga makin tinggi di sini, ini terjadi karena dua hal. Pertama, masyarakat masih memandang laut sebagai tempat pembuangan sampah. Kedua, tidak padunya kerja sama lintas sektoral dari aparat pemerintah. Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat berasal dari industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budi daya.
Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya. Untuk mengetahui suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan suatu pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan polusi air.
Parameter Penentuan Kualitas Air Pantai Takisung adalah antara lain Kecerahan dan Kekeruhan. Kekeruhan pada perairan tergenang, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus; sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernapasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).
Laut takisung berwarna kecoklatan hal ini diakibatkan banyaknya lumpur di dasar laut maupun di pesisir pantai sehingga laut pantai takisung menjadi keruh. Karena air laut pantai takisung makalh hal ini sangat mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Selain itu peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Haslam, 1995) serta menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC menyebakan teradinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20oC-30oC. Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya stratifikasi panas pada kolom air (Effendi 2003). Selain parameter di atas kualitas air di Pantai Takisung juga dipengaruhi oleh konduktivitas serta salinitas di daerah tersebut.
Salah satu pencemaran yang terjadi adalah logsm berat. Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
Sebagai contoh, bahaya yang dapat ditimbulkan oleh logam berat di dalam tubuh manusia antara lain
Cadmium (Cd) yang dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi
Kromium (Cr), Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
Timbal (Pb) beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran, serta berbagai logam berat lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu saja rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) di perairan Pantai takisung adalah kurang lebih 22 kali lebihnya dari persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan sedangkan rata-rata kandungan logam Cd di perairan pantai tersebut adalah 6 kali kelipatannya. Dari hasil yang ada jelas telah melewati baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 maupun berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No.28 Tahun 1995 yaitu kandungan logam untuk timbal (Pb) dan cadmium (Cd) tidak boleh melebihi 0,03 ppm dan 0,01 ppm pada suatu perairan.
Dari hasil pengukuran, suhu air yang ada berkisar 28 – 29oC yang mana masih berada pada kisaran toleransi suatu organisme laut yaitu berkisar 20 – 35oC. Selain itu pH air yang terukur sekitar 8, nilai ini menyatakan bahwa pH air bersifat alkalis, hal ini sangat mendukung untuk terjadinya laju dekomposisi pada suatu perairan
Dari gambaran kondisi fisik dan kimia perairan pantai, menjadi indicator pendukung terjadinya akumulasi logam berat pada organisme perairan yang berada pada pantai tersebut Banyak ditemukan ikan-ikan mati terdampar, terjadinya erosi dan abrasi di perairan serta adanya pencemaran dalam skala lanjut membuat kondisi perairan makin memprihatinkan. Tugas kita sebagai generasi muda untuk lebih bergerak aktif dan tanggap terhadap masalah-masalah lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Apalagi peran pemerintah untuk melakukan pengelolaaan lahan pesisir yang lebih baik.
Save Our Borneo….!
*Dikutip dari berbagai sumber
Herda Ariyani (J1B108034)
FMIPA Kimia Unlam Banjarbaru

0 komentar: